Pages

Senin, 29 April 2013

TULISAN 3 PEREKONOMIAN INDONESIA

Nama    : Risma Ferda Fathir
Kelas     : 1EB20
NPM     : 26212471
Langkanya Bahan Pangan (Beras) di Indonesia
Pendahuluan
Indonesia adalah negeri yang diberi karunia sangat besar oleh sang Pencipta. Kekayaan alam yang melimpah merupakan salahsatu aset yang tak ternilai harganya. Oleh karena itulah Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris. Di negeri inilah lahan tersubur serta cocok untuk ditanami berbagai macam tanaman yang dapat dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan pangan.
Dengan kondisi tanah yang subur dan iklim yang baik seharusnya dapat menjamin ketersediaan pangan yang cukup untuk semua warga negaranya. Namun pada kenyataannya kekayaan alam yang melimpah di negeri Agraris ini belum dapat menjamin keseahteraan dan kemerataan di Indonesia. Langkanya bahan pangan (Beras) adalah salah satu masalah serius yang menimpa kondisi ekonomi Indonesia.
Isi
            Masalah utama yang menyebabkan terjadinya kelangkaan pangan adalah ketergantungan bangsa kita terhadap padi (beras). Konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia pada tahun 2004 adalah 136 kg, di tahun 2010 meningkat menjadi 139 kg dan terbesar di dunia. Besarnya konsumsi beras masyarakat Indonesia per kapita per tahun menyebabkan setiap tahunnya pemerintah harus mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat Indonesia.
Laju pertambahan penduduk di Indonesia yang tidak seimbang juga menjadi penyebab kelangkaan beras dengan luas lahan yang semakin menyempit membuat masyarakat dilanda kekhawatiran akan kekurangan pangan. Artinya, ada pertambahan penduduk pemakan nasi sekitar tiga juta jiwa lebih per tahun. Kekhawatiran ini juga menimpa para petani yang tak jarang mengalami gagal panen akibat serangan hama dan cuaca tak menentu. Kegagalan panen berimbas pada kelangkaan dan meningkatnya harga jual beras.
Disamping faktor tanah, produktivitas pertanian sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dan berbagai unsur iklim. Namun dalam kenyataannya, iklim/cuaca sering seakan-akan menjadi faktor pembatas produksi. Hal tersebut disebabkan kurang selarasnya sistem usaha tani dengan iklim akibat kurang mampunya kita dalam memahami karakteristik dan menduga iklim, sehingga upaya antisipasi resiko dan sifat ekstrimnya tidak dapat dilakukan dengan baik. Akibatnya, sering tingkat hasil dan mutu produksi pertanian yang diperoleh kurang memuaskan dan bahkan gagal sama sekali.
Sesuai dengan karakteristik dan kompleksnya faktor iklim, maka kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam memodifikasi dan mengendalikan iklim sangat terbatas. Oleh sebab itu pendekatan yang paling efektif untuk memanfaatkan sumber daya iklim adalah menyesuaikan sistem usahatani dan paket teknologinya dengan kondisi iklim setempat. Penyesuaian tersebut harus didasarkan pada pemahaman terhadap karakteristik dan sifat iklim secara baik melalui analisis dan interpretasi data iklim. Mutu hasil analisis dan interpretasi data iklim, selain ditentukan oleh metode analisis yang digunakan, juga sangat ditentukan oleh jumlah dan mutu data. Iklim yang tidak mendukung dapat mengakibatkan kelangkaan beras di Indonesia.
Selain itu Penimbunan beras bukanlah hal yang asing di Indonesia. Biasanya penimbunan dilakukan ketika Regulasi yang mengatur penimbunan komoditas pangan masih lemah dan pemerintah juga akan kesulitan melakukan identifikasi pelanggaran. Bila para pedagang yang memiliki gudang dengan kapasitas besar membuat alasan bahwa beras yang mereka timbun adalah sebagai konsekuensi komitmen penyediaan stok beras karena sudah terikat kontrak-kontrak distribusi. Penimbunan beras ini juga merupakan salah satu faktor terjadinya kelangkaan beras di Indonesia.
Untuk mengatasi penimbunan beras, aparat kepolisian harus melakukan operasi ke gudang pedagang atau pengusaha beras yang diindikasikan menimbun. Jika ada indikasi kuat menimbun, pelaku bisa diproses secara hukum. Bulog juga diminta memaksimalkan pembelian gabah dan beras dari petani, agar daya serap hasil panen lebih optimal.
Tidak hanya itu, pada saat musim kemarau pemerintah dan masyarakat biasanya dihadapkan pada kelangkaan beras di pasar. Sebab sawah yang biasa berproduksi menggunakan irigasi teknis kekurangan pasokan air dan mengering. Akibatnya volume panen gabah kering berkurang, maka dampaknya kelangkaan beras di pasar kemungkinan terjadi. Kelangkaan beras tersebut sebenarnya tidak usah terjadi seandainya PT Bulog dapat bekerja dengan baik. Tugas berat PT Bulog ini di antaranya tetap tersedianya beras sepanjang waktu dalam upaya swasembada pangan dan ketahanan pangan. PT Bulog menyimpan beras dalam bentuk gudang untuk jangka waktu yang lama. Masyarakat dan pemerintah akan merasa tenang dan nyaman apabila stok beras memadai untuk masa panen berikutnya.
Penutup
            Banyak faktor yang menyebabkan kelangkaan beras di Negara Agraris kita ini,dengan pembahasan di atas terdapat berbagai cara mengatasi kelangkaan beras, yaitu mengatasi beras dengan makanan lainnya, memasak beras secukupnya saja, pengurangan impor beras, pendistribusian beras yang merata ke setiap daerah, penyediaan bibit unggul beras yang harganya terjangkau untuk petani, pemberian pupuk yang harganya terjangkau untuk petani, memberikan pinjaman modal untuk petani untuk meningkatkan produksi berasnya, membeli beras petani dengan harga yang pantas, agar petani tidak rugi, sehingga petani dan menyelesaikan permsalahan penimbunan beras.
Daftar Pustaka
-http://www.scribd.com/doc/97407868/Makalah-kelangkaan-pangan-di-Indonesia
-http://ilearningbydoing.wordpress.com/2011/03/15/upaya-mengatasi-situasi-kelangkaan- pangan-dengan-meanfaatkan-kearifan-lokal/
-http://obrolanekonomi.blogspot.com/2012/12/beberapa-masalah-ekonomi-di-indonesia.html

0 komentar:

Posting Komentar

 

(c)2009 Risma Ferda Fathir's. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger